Tahun 1990 yang lalu, ketika itu aku baru masuk sebuah perusahaan ternama di daerahku. Perusahaan yang menjadi idola didaerahku. Aku masuk bukan sebagai karyawan tetap melainkan sebagai karyawan kontrak saja.
Waktu itu pertama kali aku diterima masuk kerja adalah sebagai penerima tamu, temanku yang memasukan aku ditempat kerja tersebut. Kasian katanya daripada aku kerja tidak jelas apalagi kerjanya malam hari.
Pertama aku kerja banyak hal yang berbeda hingga akhirnya aku bisa menyesuaikan diri dengan tempat kerjaku. Dan akhirnya akupun nyaman.
Tahun 1991 setelah aku bekerja satu tahun, akupun diangkat menjadi karyawan tetap. Akupun senang apalagi bosku begitu baik dan perhatian padaku. Bahkan ketika itu dalam waktu sesingkat itu aku diberikan jabatan yang berbeda.
Tahun 1994 setelah kurang lebih 3 tahun aku bekerja sebagai karyawan tetap dengan jabatan yang berbeda, ternyata bos ku memutuskan untuk pindah dari tempat kerjaku waktu itu. Entahllah katanya sih ingin lebih dekat dengan keluarga dikampungnya sana.
Bersamaan dengan desas desusnya kepindahan bosku, datanglah calon bos penggantinya.
Orangya kecil, lebih kecil dari bosku saat itu. Hanya saja kulitnya lebih putih namun ramabutnya sama - sama belah pinggir.
Mereka berdua terlihat akrab. Bos lamaku mengajari banyak hal pada calon bos baruku. Hingga akhirnya semua tugasnya dilepas pada bos baruku dan bos lamaku berpamitan. Sedih rasanya karena dia orangnya begitu baik tapi mau bagaimana lagi itulah yang jadi keputusan bos lamaku. Hik...hik...hik.....
Yang menjadi kesimpulan aku tentang bos baruku waktu itu ternyata bos baruku ini lebih akrab dari bos lamaku. Bahkan aku dalam beberapa tahun kedepan dari pergantian bos waktu itu labih dekat dan lebih dekat lagi.
Hingga........
Akupun memiliki rasa lain dalam hatiku kepada bos baruku itu.
Aku sudah bersuami boskupun juga sudah beristri. Aku sudah punya anak umurnya 5 tahun dan boskupun sudah punya anak umurnya 1 tahun waktu itu.
Namun setiap hari bertemu dalam satu ruangan sering hanya berdua diruangannya karena harus mengantarkan berbagai dokumen yang harus ditandatangani akhirnya terucaplah suatu kata yang membuat aku terhentak. Terhentak kaget namun ada rasa menahan senyum karena akupun merasakan hal yang sama.
Bosku bilang "Aku suka kamu."
"Apa?" Sahutku
"Ga apa - apa" Kata bosku.
Aku mencoba menolak ketika itu, namun sikap dan kata - kata ku tidak bisa berdusta akupun menyukainya. Sudah kucoba untuk menghindar, menolak rasa itu tapi tak bisa.
Aku tahu aku punya anak dan suami begitupun dia punya anak dan istri. Aku tahu itu namun entah setan apa yang menghinggapiku, oia ralat bukan aku saja tapi kami. Hingga terjalinlah hubungan diam - diam. Hubungan tak jelas tapi pasti sama - sama suka.
Akupun jadi datang lebih awal dan terkadang pulang lebih telat. Ya.... tidak lain dan tidak bukan hanya sekedar untuk bersamanya lebih lama.
Urusan dirumah entahlah. Ribut dengan suami sudah tidak kupedulikan lagi namun walau bagaimanapun aku masih ingat dengan anaku.
Hubunganpun berjalan cukup lama hampir 1 tahun, hingga waktu itu dia mengajaku berlibur tidak hanya aku yang diajak, teman sekantor lainpun diajak paling tidak bertiga yang diajak salah satunya aku. Namun aku lebih menganggapnya dua temanku yang diajak untuk liburan lebih kepada sebuah modus supaya tidak begitu mencolok kalo kami sebetulnya yang akan liburan.
Yang menjadikan aku bertanya- tanya entah setan apa yang terus menghinggapiku hingga aku lama berdua disebuah kamar hotel ditempat liburan dengan dia. Sementara 2 temanku diluar ditempat yang berbeda mungkin dengan penuh tanya kepada kami.
Hingga hal yang tak ingin aku ingat lagi terjadi saat ini terjadi. Hik.hik..........!!!!!
Sepulang dari sana dia selalu memintaku tes sampai akhirnya aku tehentak kembali, ada dua garis merah. Akupun panik ribut dengan suamikupun makin menjadi.
Bahkan bosku itu menyarankan padaku untuk pisah saja dengan suamiku dan apa yang terjadi antara aku dan dia, dia berjanji bertanggung jawab.
Dan entahlah setan apalagi yang hinggap padaku akupun pecaya pada bosku kemudian akupun mengajukan gugat cerai pada suamiku. Hari berganti hari sidangpun berlanjut berbagai alasan ku utarakan didepan hakim hingga akhirnya akupun berpisah.
Se iring dengan kepisahan berdasarkan putusan hakim perutkupun makin menunjukan eksistensinya. Akupun mulai hobi menggunakan jaket. Sebagai kamoplase supaya tidak terlihat.
Akupun mulai panik dan bertanya - tanya pada bosku. Bagaiman solusinya.
Boskupun berhasil menyakinkanku dengan idenya tersebut, yaitu bosku akan mengirimkan aku ke kota lain bahkan bukan kota lain tapi pulau yang berbeda. Ya pulau atlantis. Daerah kota besar.
Bosku berjanji dia akan selalu mengunjungiku, mengubungiku. Pokoknya akan bertanggung jawab penuh pada anaku, anaknya yang masih ada dalam rahimku dan aku.
Akupun pindah bersama dengan anaku.
Minggu demi minggu berjalan, bulan demi bulan berjalan diapun menepati janjinya. Selalu menengoku, mengunjungiku. Mengajaku jalan - jalan hanya satu saratnya waktu itu tidak boleh ada foto. Hemmm..
Dah aku tidak banyak tanya aku ikuti saja karena itu hal yang sangat mudah.
Bulan demi bulan berjalan tak terasa perutku sudah besar bahkan kata dokter hanya tinggal menunggu waktu saja bisa minggu ini atau minggu depan.
Boskupun selalu datang dan untuk kali ini permintaanku untuk tetap menemaniku. Diapun terdiam tapi tetap berkata ia akan aku temani.
Suatu malam ketika bosku bilang harus berangkat untuk keperluan kantor, perutkupun terasa sakit aku coba telpon bosku tapi tidak dianggkat. Ku coba telepon lagi tapi tak ada yang mengangkat.
Hingga akhirnya perutku sangat sakit dan kucoba meminta bantuan anaku untuk meminta bantuan pada tetangga. Syukurlah beberapa orang datang dan membantuku hingga aku dibawa kerumah bersalin.
Dirumah bersalin aku coba telepon lagi bosku menggunakan telpon rumah sakit. Aku lega ada yang mengangkat.
" Haloo..." Begitulah suara dari telepon tersebut. Aku diam sejenak dengan penuh perasaan tidak jelas dan sakit perutku makin menjadi.
"Haloo...ini siapa ya?" Keluar lagi suara dari teleponku. Aku coba melihat nomor yang kupanggil barangkali salah. Tidak, tidak salah....ini betul nomor bosku.
"Pah... ada telepon." Suara perempuan tadi terdengar dari ponselku.
"Siapa mah......." Suara lebih pelan seorang laki - laki yang terdengar.
"Tidak tahu.." Jawab seorang perempuan yang mengakat telepon tadi.
Aku masih belum bisa berbicara. Sulit sekali mulutku bersuara, padahal aku sakit sekali.
"Udah matikan saja..""""Ucap laki - laki itu dari telepon yang ku pegang. Akupun tehentak dan tak bisa berpikir lagi.
Kemudian aku tutup saja teleponku dengan segala kekecewaanku.
Tak bisa lagi aku berpikir kecuali ingin segera lahirkan anaku yang ada dalam rahimku ini. Dengan penuh rasa sakit melahiran serta sakitnya melahirkan tidak ada yang menemani saat anaku dilahirkan.
Tiba - tiba terdengarlah tangisan. oe ..oe..oe...oe..... Tampak seorang bayi di pangkuan suster.
Selamat ya bu kata suster tersebut. Bayinya seorang perempuan.
Akupun merasa senang dan tersenyum.....Kupeluk dan kucium. Bahagianya aku.....
Namun seketika itu juga aku teringat dengan bapaknya. Kemana dia???
Kini 3 tahun sudah umur anaku. Dia tidak pernah menghubungiku lagi. Aku coba telepon, sudah tidak bisa terhubung lagi. Aku coba mencari tahu kesana dan kemari selama 3 tahun tersebut tapi tidak menghasilakn apa - apa.
Kini aku benar - benar menyasal dan lelah dengan semua ini. Aku menyesal. Aku hanya bisa bertahan demi anak - anaku.
Semakin menyesal hati ini ketika mendapati kabar mantan suamiku kini sudah memiliki anak dengan istri barunya dan hidup bahagia dengan pekerjaannya yang mapan, tidak hanya itu berdasarkan info ternyata rumahnyapun baru. Metapa bahagianya dia dan metepa menyesalnya aku.
Hidup sendiri dan menghidupi kedua anaku. Hanya mereka yang bisa membuatku bertahan. Demi mereka makan dan tetap sekolah aku rela mambantu cuci piring dan bantu bantu pada rumah makan di ibu kota atlantis.
Saat ini aku hanya bisa berucap. Maafkan aku mantan sumiku, orangtuaku. Maafkan aku. Dari aku yang dilupakan.
Waktu itu pertama kali aku diterima masuk kerja adalah sebagai penerima tamu, temanku yang memasukan aku ditempat kerja tersebut. Kasian katanya daripada aku kerja tidak jelas apalagi kerjanya malam hari.
Pertama aku kerja banyak hal yang berbeda hingga akhirnya aku bisa menyesuaikan diri dengan tempat kerjaku. Dan akhirnya akupun nyaman.
Tahun 1991 setelah aku bekerja satu tahun, akupun diangkat menjadi karyawan tetap. Akupun senang apalagi bosku begitu baik dan perhatian padaku. Bahkan ketika itu dalam waktu sesingkat itu aku diberikan jabatan yang berbeda.
Tahun 1994 setelah kurang lebih 3 tahun aku bekerja sebagai karyawan tetap dengan jabatan yang berbeda, ternyata bos ku memutuskan untuk pindah dari tempat kerjaku waktu itu. Entahllah katanya sih ingin lebih dekat dengan keluarga dikampungnya sana.
Bersamaan dengan desas desusnya kepindahan bosku, datanglah calon bos penggantinya.
Orangya kecil, lebih kecil dari bosku saat itu. Hanya saja kulitnya lebih putih namun ramabutnya sama - sama belah pinggir.
Mereka berdua terlihat akrab. Bos lamaku mengajari banyak hal pada calon bos baruku. Hingga akhirnya semua tugasnya dilepas pada bos baruku dan bos lamaku berpamitan. Sedih rasanya karena dia orangnya begitu baik tapi mau bagaimana lagi itulah yang jadi keputusan bos lamaku. Hik...hik...hik.....
********
Singkat cerita terbiasalah kami dengan bos baru. Kami mulai akrab, mulai bercanda, mulai dimarahi, dan lain - lain.Yang menjadi kesimpulan aku tentang bos baruku waktu itu ternyata bos baruku ini lebih akrab dari bos lamaku. Bahkan aku dalam beberapa tahun kedepan dari pergantian bos waktu itu labih dekat dan lebih dekat lagi.
Hingga........
Akupun memiliki rasa lain dalam hatiku kepada bos baruku itu.
Aku sudah bersuami boskupun juga sudah beristri. Aku sudah punya anak umurnya 5 tahun dan boskupun sudah punya anak umurnya 1 tahun waktu itu.
Namun setiap hari bertemu dalam satu ruangan sering hanya berdua diruangannya karena harus mengantarkan berbagai dokumen yang harus ditandatangani akhirnya terucaplah suatu kata yang membuat aku terhentak. Terhentak kaget namun ada rasa menahan senyum karena akupun merasakan hal yang sama.
Bosku bilang "Aku suka kamu."
"Apa?" Sahutku
"Ga apa - apa" Kata bosku.
Aku mencoba menolak ketika itu, namun sikap dan kata - kata ku tidak bisa berdusta akupun menyukainya. Sudah kucoba untuk menghindar, menolak rasa itu tapi tak bisa.
Aku tahu aku punya anak dan suami begitupun dia punya anak dan istri. Aku tahu itu namun entah setan apa yang menghinggapiku, oia ralat bukan aku saja tapi kami. Hingga terjalinlah hubungan diam - diam. Hubungan tak jelas tapi pasti sama - sama suka.
Akupun jadi datang lebih awal dan terkadang pulang lebih telat. Ya.... tidak lain dan tidak bukan hanya sekedar untuk bersamanya lebih lama.
Urusan dirumah entahlah. Ribut dengan suami sudah tidak kupedulikan lagi namun walau bagaimanapun aku masih ingat dengan anaku.
Hubunganpun berjalan cukup lama hampir 1 tahun, hingga waktu itu dia mengajaku berlibur tidak hanya aku yang diajak, teman sekantor lainpun diajak paling tidak bertiga yang diajak salah satunya aku. Namun aku lebih menganggapnya dua temanku yang diajak untuk liburan lebih kepada sebuah modus supaya tidak begitu mencolok kalo kami sebetulnya yang akan liburan.
Yang menjadikan aku bertanya- tanya entah setan apa yang terus menghinggapiku hingga aku lama berdua disebuah kamar hotel ditempat liburan dengan dia. Sementara 2 temanku diluar ditempat yang berbeda mungkin dengan penuh tanya kepada kami.
Hingga hal yang tak ingin aku ingat lagi terjadi saat ini terjadi. Hik.hik..........!!!!!
Sepulang dari sana dia selalu memintaku tes sampai akhirnya aku tehentak kembali, ada dua garis merah. Akupun panik ribut dengan suamikupun makin menjadi.
Bahkan bosku itu menyarankan padaku untuk pisah saja dengan suamiku dan apa yang terjadi antara aku dan dia, dia berjanji bertanggung jawab.
Dan entahlah setan apalagi yang hinggap padaku akupun pecaya pada bosku kemudian akupun mengajukan gugat cerai pada suamiku. Hari berganti hari sidangpun berlanjut berbagai alasan ku utarakan didepan hakim hingga akhirnya akupun berpisah.
Se iring dengan kepisahan berdasarkan putusan hakim perutkupun makin menunjukan eksistensinya. Akupun mulai hobi menggunakan jaket. Sebagai kamoplase supaya tidak terlihat.
Akupun mulai panik dan bertanya - tanya pada bosku. Bagaiman solusinya.
Boskupun berhasil menyakinkanku dengan idenya tersebut, yaitu bosku akan mengirimkan aku ke kota lain bahkan bukan kota lain tapi pulau yang berbeda. Ya pulau atlantis. Daerah kota besar.
Bosku berjanji dia akan selalu mengunjungiku, mengubungiku. Pokoknya akan bertanggung jawab penuh pada anaku, anaknya yang masih ada dalam rahimku dan aku.
Akupun pindah bersama dengan anaku.
Minggu demi minggu berjalan, bulan demi bulan berjalan diapun menepati janjinya. Selalu menengoku, mengunjungiku. Mengajaku jalan - jalan hanya satu saratnya waktu itu tidak boleh ada foto. Hemmm..
Dah aku tidak banyak tanya aku ikuti saja karena itu hal yang sangat mudah.
Bulan demi bulan berjalan tak terasa perutku sudah besar bahkan kata dokter hanya tinggal menunggu waktu saja bisa minggu ini atau minggu depan.
Boskupun selalu datang dan untuk kali ini permintaanku untuk tetap menemaniku. Diapun terdiam tapi tetap berkata ia akan aku temani.
Suatu malam ketika bosku bilang harus berangkat untuk keperluan kantor, perutkupun terasa sakit aku coba telpon bosku tapi tidak dianggkat. Ku coba telepon lagi tapi tak ada yang mengangkat.
Hingga akhirnya perutku sangat sakit dan kucoba meminta bantuan anaku untuk meminta bantuan pada tetangga. Syukurlah beberapa orang datang dan membantuku hingga aku dibawa kerumah bersalin.
Dirumah bersalin aku coba telepon lagi bosku menggunakan telpon rumah sakit. Aku lega ada yang mengangkat.
" Haloo..." Begitulah suara dari telepon tersebut. Aku diam sejenak dengan penuh perasaan tidak jelas dan sakit perutku makin menjadi.
"Haloo...ini siapa ya?" Keluar lagi suara dari teleponku. Aku coba melihat nomor yang kupanggil barangkali salah. Tidak, tidak salah....ini betul nomor bosku.
"Pah... ada telepon." Suara perempuan tadi terdengar dari ponselku.
"Siapa mah......." Suara lebih pelan seorang laki - laki yang terdengar.
"Tidak tahu.." Jawab seorang perempuan yang mengakat telepon tadi.
Aku masih belum bisa berbicara. Sulit sekali mulutku bersuara, padahal aku sakit sekali.
"Udah matikan saja..""""Ucap laki - laki itu dari telepon yang ku pegang. Akupun tehentak dan tak bisa berpikir lagi.
Kemudian aku tutup saja teleponku dengan segala kekecewaanku.
Tak bisa lagi aku berpikir kecuali ingin segera lahirkan anaku yang ada dalam rahimku ini. Dengan penuh rasa sakit melahiran serta sakitnya melahirkan tidak ada yang menemani saat anaku dilahirkan.
Tiba - tiba terdengarlah tangisan. oe ..oe..oe...oe..... Tampak seorang bayi di pangkuan suster.
Selamat ya bu kata suster tersebut. Bayinya seorang perempuan.
Akupun merasa senang dan tersenyum.....Kupeluk dan kucium. Bahagianya aku.....
Namun seketika itu juga aku teringat dengan bapaknya. Kemana dia???
*********
Kini 3 tahun sudah umur anaku. Dia tidak pernah menghubungiku lagi. Aku coba telepon, sudah tidak bisa terhubung lagi. Aku coba mencari tahu kesana dan kemari selama 3 tahun tersebut tapi tidak menghasilakn apa - apa.
Kini aku benar - benar menyasal dan lelah dengan semua ini. Aku menyesal. Aku hanya bisa bertahan demi anak - anaku.
Semakin menyesal hati ini ketika mendapati kabar mantan suamiku kini sudah memiliki anak dengan istri barunya dan hidup bahagia dengan pekerjaannya yang mapan, tidak hanya itu berdasarkan info ternyata rumahnyapun baru. Metapa bahagianya dia dan metepa menyesalnya aku.
Hidup sendiri dan menghidupi kedua anaku. Hanya mereka yang bisa membuatku bertahan. Demi mereka makan dan tetap sekolah aku rela mambantu cuci piring dan bantu bantu pada rumah makan di ibu kota atlantis.
Saat ini aku hanya bisa berucap. Maafkan aku mantan sumiku, orangtuaku. Maafkan aku. Dari aku yang dilupakan.
Ini fiksi atau kisah nyata ya ?.
BalasHapusKok aku bacanya ikut deg-degan ..., dimulai dari kalimat ' akupun memiliki rasa lain dalam hatiku kepada bos baru itu '.
fiksi mas.
HapusLagi belajar membuat cerita mas :D
wow...kayak kisah nyata.
BalasHapuslanjutkan
serius nih mas kaya kisah nyata
HapusDrama sekali
BalasHapusAda bukti
Bikin haru hati
tujuan dari tulisan ini cerita ini sih supaya tidak boleh berbuat hal yang dilarang seperti itu. gitu aja sih
HapusFiksi kah ini? Hehehehe.
BalasHapusfiksi mas
Hapuswaduh, fiksi yang mengajarkan banyak hikmah yaa hehe..
BalasHapusgimana pun juga sebaiknya ga mengutamakan keinginan sesaat yg bisa berdampak fatal buat kehidupan selanjutnya
betul banget. setan selalu menggoda. kapanpun dan dimanapun
HapusLumayan ceritanya kayak disinetron...masalahnya orang ke-3
BalasHapusmaslahnya ngelirik ini. hahaha rumout hijau
HapusIntinya sih cinlok, membaca cerita ini jadi tambah optimis mang, yang sudah bersuami saja bisa direbut apalagi baru cuman bertunangan wkwk, walaupun ini hanya sekedar fiksi, tapi nyatanya banyak yang semacam ini... hahah
BalasHapustujuannya supaya ulah bgitu resikinya terlalu banyak. dosana banyak
HapusJangan lupakan aku bang...
BalasHapusmembaca kisah serasa terbawa kedalam cerita..
Menarik ceritanya, walau fiksi. pastinya ada juga di dunia nyata yang seperti itu.
Salam Kenal
salam kena juga bang. mungkin saja ada. tapi mudahan ga ada lagi
Hapus